Cara Membuat Pesan Kampanye Politik

isu kampanyeTidak ada kampanye yang kuat tanpa rencana yang baik, dan tidak ada rencana yang kuat tanpa pesan yang baik. Pesan adalah apa yang mendorong rencana kampanye, ia menetapkan parameter dalam strategi yang dibuat.
Penting untuk mengetahui perbedaan antara pesan dan strategi, karena mereka sering membingungkan. Pesan menjawab pertanyaan “Mengapa” Sementara strategi menjawab pertanyaan “Bagaimana”.
Dalam rangka untuk merancang strategi kampanye, pertama harus terlebih dahulu merencanakan pesannya. Apa yang ingin dikatakan, namun sebelum memutuskan apa yang ingin dikatakan, pertanyaannya adalah; bagaimana mengatakannya? Inilah jawaban atas pertanyaan tersebut:
1. Demografis Berbicara
Langkah pertama dalam merancang pesan kampanye adalah mengetahui demografi daerah pemilihan. Hal ini biasanya dapat dilakukan dengan memeriksa data sensus, catatan pemungutan suara, dan dokumen-dokumen publik lainnya.
Survey demografis sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari tahu karakter pemilih pada daerah pemilihan tertentu. Selama langkah ini, tim kampanye harus belajar segala sesuatu mengenai medan perang (daerah pemilihan dan pemilihnya), termasuk usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, kepemilikan rumah, keanggotaan ormas, partai, jumlah pemilih, dan statistik lainnya yang akan berguna untuk kampanye.
Kampanye juga harus membuat garis besar isu-isu untuk daerah pemilihan. Profil ini harus menjawab pertanyaan, “Apa yang pemilih pedulikan? Isu apa yang mereka minati, dan di mana mereka berdiri di atas isu-isu tersebut?”
Profil ini biasanya dibuat dengan menggunakan patokan jajak pendapat, sebagian besar jajak pendapat yang dilakukan sebelum kampanye akan memberi informasi posisi pemilih saat itu. Sebisanya jajak pendapat dilakukan oleh ahlinya, karena informasi ini sangat penting, yaitu merupakan pijakan awal dari langkah-langkah berikutnya. Salah informasi pada pijakan awal, maka akan semakin salah pula di langkah-langkah berikutnya.
2. Kategorikan

Langkah berikutnya adalah membagi pemilih dalam beberapa kategori tertentu. Kategorisasi ini harus dimulai dengan pengelompokan besar (45% dari Partai A, 30% Partai B, dan 25% Independen) dan menelusuri lebih dalam lagi, sehingga kategori menjadi semakin spesifik (dapil mengandung 12% Partai A wanita di atas 55tahun).
Kampanye harus menggunakan patokan jajak pendapat untuk dapat menangkap isu penting di daerah tersebut. Misalnya, jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar wanita Partai A umur lebih dari 55thn paling concern dengan kualitas pendidikan di dapil.
Dilengkapi dengan data demografis yang menunjukkan karakter pemilih, dan data isu-isu yang menunjukkan kepedulian para pemilih, kampanye dapat dimulai dari gambaran yang jelas mengenai daerah pemilihan.
3. Membangun Koalisi
Setelah mengkategorikan para pemilih, kampanye harus melihat kekuatan dan kelemahan sendiri, untuk selanjutnya memutuskan apakah koalisi diperlukan untuk memenangkan kampanye. Kampanye harus dapat mengetahui kira-kira berapa banyak suara yang dibutuhkan untuk menang.
Dan dengan demikian harus memutuskan berapa persen pemilih di masing-masing kategori itu diperlukan agar bisa menang. Kampanye harus realistis dalam memandang persentase yang dapat dijaring.
4. Membuat Pesan Kampanye
Kampanye harus kemudian menggunakan isu demografis dan data yang telah dikumpulkan untuk menentukan apa pesannya. Gunakan data jajak pendapat untuk menentukan mana isu primer dan mana isu sekunder. Kandidat perlu memperhatikan kelemahannnya, sementara memberi penekanan lebih pada isu-isu tersebut (sesuai hasil jajak pendapat) untuk mengumpulkan prosentase suara yang diperlukan untuk menang.
Pesan Kampanye harus ringkas namun menjawab pertanyaan “Mengapa suara pemilih untuk saya?” Pesan ini harus cukup spesifik, dalam artian bahwa hal itu jelas. Namun cukup luas, dalam artian bahwa beberapa masalah dapat ditarik dari itu dan digunakan di seluruh jalannya kampanye .
Perlu diperhatikan bahwa pesan kampanye tidak sama dengan slogan kampanye, dan tidak dimaksudkan untuk pers atau untuk para pemilih. Pesan kampanye digunakan sebagai benang merah kampanye, lebih ke arah internal; memberi rel bagi tim kampanye.
Setelah membuat pesan, kemudian dapat ditarik beberapa isu untuk digunakan dalam kampanye. Isu-isu tersebut dapat dikomunikasikan kepada para pemilih melalui beragam media.
Kesimpulan
Agar berhasil, kampanye harus memiliki pesan yang kuat yang menargetkan para pemilih. Melalui polling, kategorisasi dari pemilih, dan pembangunan koalisi, pesan kampanye dapat dibuat. Untuk selanjutnya pesan tersebut perlu untuk dikomunikasikan dalam rangka untuk menang pada hari pemilihan.

0 komentar:

Posting Komentar