BELAJAR KEGAGALAN CA-BUPATI KEBUMEN (PILKADA PERIODE 2010-2015)

I Kegagalan Drs.Poniman Kasturo, MM

Dalam bursa pencalonan bupati Kebumen  periode 2010-2015, kompetisi dimeriahkan oleh aktor-aktor politik senior dan junior. Diantaranya adalah calon bupati dari kalangan incumbent yang masih berstatus bupati Kebumen, dan juga wakilnya (Nasirudin-Probo dan Rustrianto-Rini). Sedangkan selainnya merupakan dari kalangan pengusaha, sebut saja pasangan Poniman-N Afifah dan pasangan Buyar-Djuwarni. Perhelatan sengit antar elit itu sebenarnya sudah menunjukan auranya pada 5 tahun sebelumnya, yakni saat Poniman Kasturo melakukan starter politiknya lebih awal daripada kandidat yang lain. Dengan memanfaatkan perusahaannya (Poniman Center), Poniman aktif melakukan sosialisasi melalui pengucuran dana sebagai sponsor utama berbagai kompetisi olahraga daerah di Kabupaten Kebumen . Jabatannya di lembaga KONI nampaknya tidak dikelola dengan baik untuk media manuver politiknya, dia justru nampak lebih mempercayakan kekuatan politiknya pada usaha-usaha bisnis yang dikelolanya. Langkahnya yang dinilai terlalu dini tersebut, pada akhirnya menunjukan kelelahan finansial pada suhu yang semakin memuncak. Selain sosialisasi masif diawal, memasuki masa kampanye Poniman juga melangakah lebih cepat dari lainnya dengan banyak memasang poster dengan foto dirinya beserta slogannya.
Dalam kacamata menejerial, Poniman telah melakukan langkah tepat dengan membidik target pasar secara cepat (market leader). Tindakan yang diambil Poniman tersebut tentu mempertimbangkan popularitas dirinya dibandingkan lawan main yang dari kalangan incumbent. Namun upaya persiapan selama lima tahun oleh Poniman Kasturo itu banyak disayangkan berbagai pihak, antara lain lemahnya Poniman di lembaga partai yang seharusnya akan menjadi kendaraan politik-nya nanti.
Kelemahan manuver Poniman Kasturo di lembaga partai itu sendiri membuatnya kebingungan saat menjelang perhelatan di "sirkuit politik", karena kendaraannya belum juga ditentukan. Oleh sebab itu, untuk memperkuat pengaruh, Poniman menggandeng wakilnya dari kalangan dunia pesantren, dengan harapan meraup banyak suara dari basis agamawan (nahdliyin). Meski demikian, kesulitan masih membayangi 'master plan' politiknya, bagaimana tidak, alih-alih berharap mengantongi banyak suara dari warga nahdliyin dan masih harus bersaing sengit dengan pasangan Nasirudin-Probo dalam memperebutkan suara NU tersebut, krisis  finansial yang diakibatkan oleh offer campaign menjadi agenda krusial. Diakui atau tidak, menggandeng kalangan agamawan dikebumen berarti sama dengan menumpuhkan pendayagunaan finansial hanya pada seorang saja. Kenyataan itu menjadi seperti dua sisi pedang bagi Poniman Kasturo, satu sisi, dirinya mendapat banyak dukungan terutama dari kalangan nahdliyin (yang masih terpecah), tapi disisi lain dia harus mau menguras habis kas-nya.
Finalnya kelemahan Poniman dapat disimpulkan secara kasar pada skema berikut
  • Time campaign, menentukan waktu starting politiknya tidak mempertimbangkan kemampuan finansial sendiri terhadap finansial kompetitor yang tidak hanya satu. Jika akan melakukan track lebih jauh, seharusnya mempertimbangkan bahan bakar yang dimiliki.
  • Using Position, pemanfaatan jabatan atau kedudukannya dalam pemerintahan seharusnya bisa dikelola untuk meraih simpati masyarakat, baik melalui prestise maupun manajemen kontroversi dengan lembaga tersebut sebagai subyek atau obyeknya.
  • Party Strengeth, sebagai organisasi yang mewadahi orang untuk berpolitik, fungsionaris partai akan lebih giat mengupayakan kemenangan figur yang diusung partainya daripada tim sukses privasi yang belum berpegalaman di sela-sela 'arena politik'.
  • Vice Candidates, dalam kompetisi memilih partner yang bisa melengkapi sisi lemah tentu harus lebih di perioritaskan. Kelamahan disitu juga mencakup 'senjata utama' yang sudah tidak tajam lagi untuk sekiranya digantikan senjata milik partner yang masih 'tajam' dan utuh.

Strategi populer yang diterapkan:
  • Unique Names, membuat statemen nyleneh sebagai berikut: "Barang siapa mempunyai nama yang hampir mirip dengas saya (Poniman) saya beri Rp.50.000.
  • Free Education, memberikan pendidikan gratis kepada sebagian kecil warga Kebumen.
  • Sympathize Orphans, memberikan santunan anak yatim-piatu di panti asuhan (dipublikasikan)
  • Sport Sponsor, menjadi sponsor (kadang-kadang sponsor utama) dalam even kompetisi olahraga-olahraga daerah, terutama sepak bola.
    II Kegagalan Rustrianto SH

    Setelah sukses menghabiskan dua periode jabatanya sebagai bupati Kebumen dan memenangkan Jawa Tengah sebagai vice goverment, Rustriningsih juga memeriahkan pilkada Kebumen dengan menjagokan adiknya (Rustrianto SH) pada bursa pilkada periode 2010-2015 putaran I. Saat meninggalkan adiknya di Kebumen, Rustrianto sudah berstatus sebagai wakil bupati Kebumen dibawah kepemimpinan Nasirudin. Karirnya dibangun di PDIP, partai yang memenangkan kakaknya dalam banyak kompetisi. Perlu dicatat ada persamaan nasib antara Nasirudin dan Rustrianto, diakui atau tidak, keduanya disulap menjadi elit politik oleh orang yang sama yakni wakil gubernur Rustriningsih.
    Track record Rustrianto di PDIP tidak banyak yang mengetahui, setidaknya dia memiliki epik memilukan ketika  turut meramaikan ajang pilkada 2010 yang diketahui masyarakat Kebumen pada umumnya. Sebagai fungsionaris partai PDIP senior, langkah awalnya sedikit lebih baik dari starter yang dilakukan Poniman (lihat bag I tentang kegagalan Poniman).  Kekuatan dasar yang dikenal masyarakat Kebumen dari cabup Rustrianto saat itu ialah statusnya sebagai incumbent, serta kedekatan hubungannya dengan wakil gubernur Jawa Tengah. Rencananya untuk maju mulai digulirkan lebih awal dibandingkan cabup Buyar Winarso, SE. dan secara praktis aura sinisme dengan partnernya sendiri di dalam pemerintahan yakni bupati Nasirudin segera mencuat ke permukaan. Duet bupati-wakilnya yang sebelumnya memang sudah dinilai kurang harmonis dan seirama, kini jatuh pada jurang perebutan dukungan elit dinas. Keduanya banyak melakukan birokrasi represif dalam merekrut koalisi didalam departemen pemerintahan, sehingga menyebabkan banyak pejabat yang kebingungan ditengah arus.
    Perjalanan kapal pemerintah Kebumen yang semakin kronis tidak menyurutkan kedua kandidat senior itu  untuk tetap melakukan intimidasi birokrasi, hal ini tentu saja menyebabkan Rustrianto harus mendapat dua pukulan sekaligus, yang pertama adalah dari kubu pemda, sedangkan yang lainnya adalah dari partai golkar yang melibatkan wakilnya Rini (dari partai golkar) untuk berebut suara dengan cabup Poiman yang diusung oleh partai golkar juga. Keadaan itu diperparah dengan pembelotan yang terjadi di dalam internal partai sebagai  akibat kekecewaan sebagian anggota terhadap pimpinannya. Entah mengapa bantuan logistik yang diharapkan dari Rustriningsih justru tidak kunjung datang.
    Isu bahwa Rustrianto berlatar belakang preman, semakin digencarkan oleh lawan-lawan politiknya, sehingga lebih melemahkan citranya yang masih kurang terbentuk dengan baik sejak awal. Bagai banteng tumpul tanduknya, Rustrianto kehabisan cara untuk menyerang, baginya bertahan adalah satu-satunya jalan.
    Dari sini bisa didapat poin-poin untuk disimpulankan mengenai kelemahan Rustrianto SH sebagaimana berikut:
    • Vice Opposition, sebagai wakil yang beroposisi, konsekuensinya adalah dirinya lebih terkesan ambisius. Ditambah manuvernya akan dipersempit oleh yang lebih berkuasa, disini berarti kepala pemerintahan daerah.
    • Family Solidarity, jika keluarga sendiri sudah tidak yakin akan kemenangannya, memungkinkan mereka enggan meng-investasikan dananya secara mubadzir. Bisa jadi mereka justru meng-investasikan dananya pada calon yang lebih prospek.
    • Influence Officials, mempengaruhi pejabat dalam otoritasnya sebagai vice, harus menentukan waktu yang tepat, hindari ketika suhu politik sudah memanas. Pastikan lobi ke pejabat sejak situasi politik masih dingin sehingga perencanaan kedepan lebih matang dan meyakinkan pejabat terkait.
    • Bad images, prestise dalam kepemimpinan untuk sekiranya menjadi agenda yang sangat diperioritaskan, sehingga memungkinkan untuk dipaparkan pada masyarakat pemilih dan berefek baik bagi pencitraan diri.

    Strategi populer yang diterapkan:
    • Big Name, menamai duet-nya (Rutrianto dan Rini) dengan nama RUSTRI, yang berarti sama dengan nama kakaknya sendiri, Rustriningsih merupakan politikus ulung yang memiliki pendukung banyak dan loyal di Kebumen. Aan memanfaatkan nama besar kakaknya itu untuk menggalang dukungan.
    • Approval of Claims, mengklaim bahwa dirinya direstui dan didukung oleh bupati sebelumnya yakni Dra.Hj.Rustriningsih, M.Si.
     
    III Kegagalan Nasirudin

    Tidak puas hanya dengan menjadi bupati Kebumen satu periode, menggantikan bupati sebelumnya yang diangkat menjadi wakil-gubernur Jawa Tengah, Nasirudin mengharap peruntungannya pada pertarungan pilkada 2010. Bertarung sebagai top incumbent ternyata tidak menjamin dirinya memperoleh kemenangan, apalagi kemenangan telak. Namun perlu diketahui, kekuatan politik yang dibangun Nasir, hampir bisa dikatakan kekuatan yang paling primadorial dibandingkan lainnya. Bagaimana tidak, hampir seluruh lapisan elit politik atau pun politikus senior di partai dan parlemen memberikan dukungannya. Meski demikian, tidak sedikit yang disebabkan intimidasi birokrasi dari "top leader", hal itu terlihat disaat grand final pilkada banyak yang banting setir dan memberikan suaranya pada rival politik terberatnya (B-Win).
    Alih-alih mengklaim dirinya "diajukan" sebagai bupati, ambisi malah terkesan jelas dari manuvernya yang cenderung represif dan agresif. Dengan melakukan starter paling awal, bahkan sudah mencuatkan nama wakilnya yang akan berduet jauh-jauh hari sebelum gong ditabuh, dia membangun basis politiknya dimulai dengan lingkup internal dalam pemerintahannya. Praktis saja sumber daya finansial daerah pun harus banyak yang tersedot untuk kepentingan persiapan "perang kandidat" itu. Keadaan diperparah dengan banyak penundaan pengucuran dana, dicurigai itu dimaksudkan untuk mengubah prespektif pemilih dengan cara mengucurkan dananya  diakhir atau pertengahan perhelatan.
    Karirnya dalam politik dinilai banyak menciderai etika-etika, terutama dalam mengumumkan pencalonannya yang terlalu dini sehingga merusak keharmonisan tim kerjanya, bahkan dengan berani, wakil Nasirudin sendiri dari kubu pemda, Rustrianto, secara terang-terangan mengemukakan ketidak puasan pemerintahan Nasirudin dengan memosisikan dirinya sebagai oposisi. Selain wakil-nya, orang terdekat Nasirudin semisal Adi Pandoyo (Assisten I) juga ikut memosisikan dirinya sebagai kubu oposisi, hanya saja itu dikemukakannya  secara terang-terangan ketika pilkada memasuki grand final, berbeda dengan langkah yang diambil Rustrianto. Citra yang buruk dimata putra buahnya itulah yang membuat melemahnya kekuatan Nasirudin pada babak akhir.
    Hingga sebelum pasangan B-Win, Nasirudin masih menjadi kandidat terkuat, mengingat  selain sebagai incumbent karirnya sebagai da`i juga turut menunjang laju politiknya. Setelah kehilangan simpati kaum nasionalis yang disebabkan antara lain oleh buruknya jalan pemerintahannya, dia juga kehilangan suara Somalangu, sebagai basis Islam terbesar di Kebumen yang melebihi lembaga Nahdlatul Ulama (NU).

    Berikut poin-poin kelemahan Nasirudin:
    • affair, menyatakan duetnya bersama orang lain disaat dirinya masih satu bahtera dengan partnernya pastilah sangat menyakiti hati partner sebelumnya itu, serta merusak kinerja pemerintahannya. Dikemudian hari memungkinkan dilakukannya pembalasan oleh partner-nya itu.
    • Image Below, mengalihkan dana untuk pembangunan desa ke pembangunan kota, justru akan mengurangi citra seorang figur pada masyarakat bawah.
    • Aggressive Image, dalam kultur jawa ada istilah "ojo dumeh" alias jangan sok`, sehingga kesan agresif atau ambisius akan sangat mengurangi simpati masyarakat pemilih. Menunjukan low-profile seperti yang pernah dilakukan presiden SBY sebelum pencalonannya yang kedua, beliau (presiden) menampakkan kesan ragu-ragu, sehingga tetap terlihat low-profile, pemilih akan lebih simpati. 
    • Bad Governance, sekali lagi prestise menjadi prioritas bagi setiap pemerintah, tanpa prestise, kampanyenya hanya dinilai sebagai 'promise to sell', alias obral janji.

    Strategi populer yang diterapkan:            
    • Affect the Religious, selain lembaga NU, 'Muslimat', dan kalangan ulama, (kecuali Somalangu) Nasirudin juga mengumpulkan kaum pendeta di hotel Candi Sari, Karang Anyar untuk dimintai suaranya dalam pemilu bupati.
    • Claim Support, tidak sedikit klaim yang dilontarkan ke publik oleh Nasirudin melalui media massa (terutama koran SM) mengenai banyaknya persentase dukungan terhadap dirinya, baik yang datang dari parlemen maupun arus bawah. 
    • Malicious Propaganda, dengan menyerang Somalangu sebagai pendukung B-Win melalui media massa menggunakan cara mempropaganda pristiwa yang sama sekali berbeda antara yang dituliskan pada media massa (koran SM) dengan kejadian yang sebenarnya. Dengan cepat koran Radar Kebumen dan (koran) lainnya merspon atau melakukan klarifikasi melalui laporan mengenai realita sesungguhnya. 
    • Disburse Aid, mencairkan bantuan dari dana pemda disaat masa kampanye sangat mempengaruhi psikologi pemilih.
    • Concert Fans, mengundang Habib Syech untuk mengisi sholawat dialun-alun Kebumen merupakan langakah men-sugesti penggemar Habib Syech yang relatif banyak saat itu.
    • Black Issue, menyebut pasangan B-Win sebagai seorang Muhammadiyah atau Rustrianto sebagai preman yang disebarkan oleh tim sukses Nasirudin, dimaksudkan untuk mengalihkan suara NU yang mayoritas dan membatasi gerak kandidat pesaing.
    • Tagline Religious, menebarkan yel-yel seperti; "sing penting milih kyai" (yang penting memilih kyai) atau "nek ana sing NU nang ngapa milih liane?" (jika masih ada yang dari NU mengapa harus pilih yang lain) atau slogan "coblos sorbane" (coblos sorbanya) dan masih banyak lagi semacamnya. 
    • Often Appear, sebelum hingga ketika masa perhelatan, secara intensif Nasirudin menampilkan dirinya melalui stasiun TV pemda (Ratih TV Kebumen), maupun melalui situs pemda dengan mengusung berbagai tema.               

    0 komentar:

    Posting Komentar