SAID AQIL SIRADJ DAN NU, TARGET DAN SEGMEN PASAR POLITIK SBY

Demokrat menjadi sebuah partai terbesar di Indonesia, yang didirikan, dipelopori, dan ditokohi oleh presiden Susilo. Strategi SBY telah memukau bayak orang, terutama mengenai pencitraan yang telah menempatkan dirinya menjadi "manusia setengah dewa" di nusantara. Oposisi begitu kalap, bahkan keinginan oposisi untuk terus menjadi "mitra kritis" semakin tampak menurun. Namun jika harus obyektif, presiden SBY yang gencar melakukan pencitraan politik bersih dan berwibawa juga memiliki kapasitas manusiawi yang tendensi kepada perbendaharaan.
Langkah kehati-hatiannya sejak awal tentu membuatnya mendapat kredibilitas yang tinggi dimata rakyat, sehingga akan sulit bagi rakyat menerima fakta bahwa 'presiden juga manusia'. Kesuksesan memenangi dua PEMILU menjadi bukti nyata kemampuan manuver politiknya. Tapi bagaimana nasibnya nanti pasca mundurnya sang presiden? periode kekuasaannya hampir habis, dirinya masih memiliki kepentingan dipemerintahan, lalu apa yang akan dilakukannya kelak.
Tahun 2010 merupakan awal panca roba politik Indonesia, dari pemilihan PBNU hingga Muktamar 1 abad Muhamadiyah sebagai ajang terbesar ormas Muslim di Indonesia. Predik-predik perubahan ini tentu menentukan situasi besar di 'perang kandidat' ke-7 kelak, yang sudah pasti kerajaan Demokrat tetap ingin survive menjadi Blue Ocean Political. Namun pertanyaannya apa langkah yang ditempuh sang ketua dewan penasehat Demokrat?
Pertengahan Juli lalu menjadi saksi mengejutkan, langkah agresif penggagas lembaga KPK sebagai penguat pencitraan politiknya, telah melakukan blunder politik. Terkuaknya skandal suap di arus atas oleh presiden dengan cara membagikan uang Rp 25.000.000 per PCNU di Indonesia untuk mendukung Said Aqil Siradj menjadi ketua umum dewan tanfidziyah telah melahirkan respon baru di zone political pesantren. Diduga kuat upaya suap tersebut dimaksudkan sebagai transaksi politik unutk mensurvivekan partainya diPILPRES mendatang.
Respon paling kuat datang dari para ulama NU di Sulawesi dan Jawa Timur, yang berlanjut mengadakan kongres di pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur (pertengahan Juli lalu). Perkumpulan tersebut merupakan respon sekaligus kecaman tindakan pemerintah (disini adalah SBY) atas aksi suapnya dan penerima dana suap oleh para pengurus PCNU diberbagai daerah di nusantara. Dikemungkinan kuat kongres tersebut hendak menyusun "NU tandingan" sebagai wujud kekecewaan serta dianggap sebagai langkah penyelamatan. Di kabupaten Kebumen sendiri, ketua PCNU, Maskur Rozak juga termasuk yang mendukung Said Aqil Siradj.